Kamis, 13 Oktober 2016

Budaya Kediri

Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 130 km sebelah barat daya Surabaya dan merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang menurut jumlah penduduk. Kota Kediri memiliki luas wilayah 63,40 km² dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Kediri. Kota Kediri terbelah oleh sungai Brantasyang membujur dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer.
Kediri dikenal merupakan pusat perdagangan utama untuk gula dan industri rokok terbesar di Indonesia. Di kota ini juga, pabrik rokok kretek Gudang Garam berdiri dan berkembang. Pada tahun 2010, Kediri dinobatkan sebagai peringkat pertama Indonesia yaitu Most Recommended City for Investment berdasarkan survei oleh SWA yang dibantu oleh Business Digest, unit bisnis riset grup SWA.

  • Budaya, Makanan, & Ciri Khas Kota Kediri

  • Budaya

Apabila kalian berkunjung ke kota Kediri, mungkin kalian tidak asing dengan SENI TARI JARANAN di Kediri. Seni tari jaranan sangat populer sekali kenapa karena seni jaranan adalah salah satu budaya yang lahir di Kediri, ada banyak seni tari jaranan dengan berbagai banyak ragam tentang seni, maka kota kediri sangat erat dengan namanya budaya lokal. Masyarakat Kediri pun sangat antusias jika berhubungan dengan budaya, dalam hal tersebut menandakan mereka sangat ingin melestarikan budaya seni jaranan ini.
Sejarah singkat tentang tari seni jaranan sebagai berikut
Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit. Dia adalah orang Kediri yang sangat cantik. Pada waktu itu banyak sekali yang melamar, maka dia mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi pertapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit Untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia mau menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, Kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertengkar dahulu sebelum mengikuti sayembara di Kediri. Dalam peperangan tersebut dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam peperangan itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo itu rupanya Singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.Masyarakat Kediri sampai sekarang tetap memegang teguh bagaimana budaya Kediri bisa dilestarikan dari generasi ke generasi, oleh sebab itu sampai saat ini pun seni tari jaranan tetap ada.

  • Gethuk Gedang


Jika kalian singgah di Kota Kediri Jawa Timur terasa kurang lengkap bila tidak mencicipi dan membawa pulang oleh-oleh khas yang menjadi cita rasa kota santri ini. Yaitu Gethuk Gedhang. Makanan ini sangat familiar bagi masyarakat di sejumlah daerah karena sudah menjadi ikon kuliner Kota Kediri. Kendati hingga sekarang asal-usul pembuat Gethuk Gedhang belum diketahui secara pasti, namun tradisi pembuatanGethuk Gedhang diyakini sudah berlangsung turun-temurun dan diwariskan lintas generasi. Gethuk Gedhang asli Kota Kediri memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Tidak seperti lazimnya gethuk, semisalgethuk Magelang yang dikemas dengan plastik atau kertas karton.Gethuk Gedhang Kota Kediri kemasannya menggunakan daun pisang, layaknya lemper atau lontong. Daun pisang dipilih sebagai pembungkus karena dipercaya mampu menjaga aroma serta cita rasanya agar lebih tahan lama. 

  • Tahu Takwa (Tahu Kuning)

Tahu yang pertama kali dikenalkan oleh pengusaha asal Cina bernama Bah Kacung  ini merupakan oleh-oleh khas Kediri sejak tahun 1912. Nama ‘takwa’ sendiri berasal dari bahasa Mandarin yang berarti ‘aroma’.

Memang sangat sesuai dengan namanya, anda bisa membedakan mana tahu takwa yang asli dan mana tahu biasa dari aromanya. Aromanya gurih dan sangat menggoda bahkan sebelum dirasakan di lidah. Tahu ini memiliki tekstur yang kenyal dan lembut saat dimakan. Berbentuk kotak seperti tahu kebanyakan, rasanya gurih dan tidak ada rasa masam sama sekali. Ini dia yang membuat tahu takwa berbeda dengan tahu lainnya. saat digoreng, kulit luarnya crispy, tapi bagian dalamnya tetap lembut.
Warna kuning cerahnya menggunakan pewarna makanan alami yaitu kunyit. Jadi sangat aman untuk dikonsumsi. Pembuatannya juga sedikit berbeda dengan tahu lainnya. tahu takwa ini setelah sudah menjadi tahu putih, baru direbus dengan kunyit dan garam. Jadi walaupun belum digoreng, tahu takwa bisa langsung dikonsumsi karena saat perebusannya membuat tahu ini matang.

0 komentar:

Posting Komentar